"Whether you think that you can, or that you can't, you are usually right"

Kenali ciri anak stress

Diposting oleh Nurizzatiah


Stres dapat mempengaruhi siapa saja termasuk anak-anak. Pada anak prasekolah misalnya memisahkannya dari orangtua bisa menyebabkan stres. Sedangkan pada anak sekolah masalah akademis dan tekanan sosial bisa menjadi pemicunya. Bagaimana ciri-ciri anak yang mengalami stres?

Banyak anak yang terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga tak sempat bermain atau bersantai sepulang sekolah. Hal ini menyebabkan anak suka mengeluh dengan sejumlah aktivitas yang membebaninya.

Karena itu orangtua harus peka terhadap apa yang dirasakan si kecil, terutama jika anak sudah menunjukkan tanda-tanda dirinya mengalami stres.

Seperti dikutip dari Kidshealth, Senin (8/3/2010) tidak selalu mudah untuk mengenali anak-anak yang mengalami stres, tapi dalam jangka waktu pendek biasanya terdapat beberapa perubahan perilaku yaitu:

  1. Perubahan suasana hati.
  2. Kelakuannya berubah atau tidak seperti biasa.
  3. Perubahan pola tidur atau mengalami ngompol.
  4. Mengalami kesulitan berkonsentrasi atau menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
  5. Menjadi menarik diri dan banyak menghabiskan waktu sendirian.
  6. Terkadang mengalami dampak pada fisiknya seperti sakit kepala atau sakit perut tanpa sebab yang jelas.
  7. Reaksinya berlebihan terhadap masalah-masalah kecil.
  8. Perubahan drastis dalam hal prestasi akademis.
  9. Anak diketahui sering berbohong.
  10. Untuk anak yang masih sangat kecil biasanya melakukan kebiasaan baru seperti mengisap jempol, memilin-milin rambut atau sering menangis.

Stres pada anak bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti:

  1. Mendengar orangtuanya bertengkar
  2. Ada masalah di sekolahnya
  3. Tekanan dari berbagai pihak yang menuntutnya lebih
  4. Mengalami sakit
  5. Kehilangan orang yang dicintainya
  6. Perceraian
  7. Bisa juga akibat isu-isu global (bencana alam, perang atau terorisme).

Untuk membantu anak mengatasi stres yang dialaminya, peran orangtua dan orang-orang disekitarnya merupakan hal yang penting. Orangtua sebaiknya meluangkan waktu lebih bagi anak-anaknya untuk sekedar menanyakan keadaannya dan berbicara dari hati ke hati. Selain itu faktor istitrahat dan gizi yang baik juga mempengaruhi anak dalam meningkatkan kemampuannya untuk mengatasi berbagai hal.

Kualitas waktu adalah hal yang sangat penting, semakin sering orangtua meluangkan waktu untuknya anak akan merasa bahwa orangtuanya sayang dan menganggap dirinya adalah seseorang yang penting dalam hidup orangtuanya.

Hal lain yang bisa dilakukan orangtua adalah membantu mengantisipasi beberapa kondisi yang dapat berpotensi menimbulkan stres misalnya mengurangi beberapa kegiatannya, meluangkan waktu untuk lebih mengenal karakteristik si anak, jangan terlalu berambisi menjadikan anak sesuai keinginan orangtua serta berikan pola pengasuhan yang konsisten.

Apakah bayi gemuk sudah pasti sehat?

Diposting oleh Nurizzatiah




PARA orangtua sering menganggap anak gemuk dan gendut merupakan tanda sehat. Apalagi kesan terlihat lucu dan menggemaskan. Tak heran orangtua berusaha memanjakan anak dengan makan dan minuman sehingga anak bisa mencapai berat badan tertentu.

Menurut dr Pandji PB SpA, anak gendut dan gemuk belum tentu sehat. Di balik kelucuannya, anak gendut dan gemuk menyimpan bahaya besar terkait kesehatan. Dalam hal ini anak dikatakan gemuk jika BB melebihi 95 persen dari berat badan ideal berdasarkan grafik pertumbuhan berat badan kartu menuju sehat (KMS). “Makanya berat badan anak bisa diperhatikan melalui KMS yang dibawa saat memeriksakan anak baik posyandu maupun ke rumah sakit,” ujarnya di Rumah Sakit Theresia.

Patokan lain yang lebih mudah dan bisa digunakan adalah dengan menggunakan rumus umur ditambah 4 dikali 2. Misalnya umur anak 2 tahun, maka 2 ditambah 4 dikali 2, berarti berat badan idealnya 12 kg. Dikatakan obesitas jika berat badan 20 persen melebihi berat badan ideal. “Berarti jika 14 kg, harus diwaspadai karena sudah termasuk obesitas,” terangnya.

Dikatakan, dari aspek tumbuh-kembangnya, anak dengan berat badan berlebih akan mengalami perlambatan dalam tumbuh-kembangnya, terutama dalam keterampilannya. “Misalnya lambat bisa duduk, tengkurap, dan merangkak,” ujarnya memberikan contoh.

Tidak hanya itu, banyak hal yang tidak bisa diramalkan saat anak sakit, misalnya jika anak mengalami panas tinggi, muntah, dan diare mudah sekali terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolitnya. Hal itu karena pada anak gendut cadangan air sedikit dan lebih banyak lemak. Jika panas tinggi (hipertermia) atau hipereksia, dengan suhu tubuh di atas 41 derajat Celcius, sering berakibat fatal. “70 persen bisa akibatnya fatal dan sulit ditolong,” paparnya.

Selain itu, biasanya anak dengan berat badan berlebih, kebutuhan makan dan minumnya akan terus meningkat sesuai berat badannya. “Jadi semakin gemuk, kebutuhan makan meningkat dan akan terus meningkat, sehingga sulit dikendalikan,” ujarnya.

Risiko lain dari obesitas pada anak, ke depan anak akan riskan terkena penyakit metabolik seperti kencing manis (diabetes), kolesterol tinggi, dan gangguan jantung. Malah juga sering terjadi gangguan pertumbuhan genital, terutama pada anak laki-laki, yakni alat kelaminnya menjadi kecil. Hal itu terjadi karena hormon pertumbuhannya sibuk mengurusi tubuhnya. “Burung jadi kecil,” kata dr Pandji.

Apabila anak dibiarkan dan tidak segera diobati hingga berusia 12 tahun, alat kelaminnya akan kecil hingga dewasa. “Karena jika sudah di atas 12 tahun, akan tetap seperti itu dan sulit diobati,” ujarnya.

Karena itu orangtua jangan membiarkan anaknya mengalami obesitas dan merasa bangga dengan kondisi itu. “Banyak risikonya,” ujarnya.(*)


My Friends

My playlist

Link comment


ShoutMix chat widget